Pada tanggal 5 Maret 2009, Jill Wade dari Devon, Inggris, dikejutkan dengan adanya jejak-jejak misterius di atas salju di kebun belakang rumahnya. Jejak-jejak ini mengingatkannya kepada sebuah misteri yang terjadi lebih dari 150 tahun yang lalu.
Jill yang telah berusia 76 tahun berkata:
"Aku melihat ke kebun belakang rumahku dan sangat terkejut. Aku benar-benar tidak bisa mempercayainya. Jejak-jejak kaki itu berbentuk kuku belah dan tidak ada jejak lain di atas salju."
Mari kita flashback 156 tahun ke belakang.
Pada tanggal 8 Februari 1855, salju tebal turun di Devon selatan selama seharian. Hujan salju itu baru berhenti kira-kira pada tengah malam dan saat itu para penduduk Devon sudah lelap dalam tidurnya. Namun, sesuatu sedang terjadi di luar.
Pagi harinya, para penduduk mulai bersiap untuk melakukan aktivitasnya.
Tiba-tiba mereka melihat ada sesuatu yang tidak biasa di atas permukaan salju.
Mereka menemukan jejak-jejak aneh!
Jejak-jejak itu memiliki pola seperti kuku belah. Saksi lain mendeskripsikan bentuknya seperti huruf U atau seperti tapal kuda. Ukuran panjangnya adalah 4 cm hingga 6,25 cm dan jarak antara jejak kaki sekitar 20 cm.
Tidak ada jejak lain di permukaan salju.
Hebatnya, jejak-jejak tersebut terlihat hingga 160 km jauhnya dari Exmouth hingga Topsham.
Apa yang lebih membingungkan adalah letak jejak-jejak tersebut.
Pada beberapa lokasi, jejak-jejak tersebut terlihat menghampiri pintu rumah penduduk, namun kembali menjauh.
Di tempat lain, jejak tersebut terlihat di atap rumah.
Lalu, ada juga jejak yang terlihat menghadap sebuah tembok setinggi 4 meter dan muncul di sisi lain dari tembok, seakan-akan mahkluk tersebut berjalan menembus tembok.
Di sungai Exe, jejak tersebut terlihat pada dua sisinya, entahkah makhluk itu menyeberangi sungai tersebut atau ada dua makhluk yang berjalan di kedua sisi sungai.
Makhluk apakah yang telah menciptakan jejak-jejak tersebut?
Setelah pagi itu, berita mengenai fenomena jejak kaki misterius telah menyebar hingga ke luar Devon.
Harian Times of London mendeskripsikan jejak tersebut sebagai berikut:
"Jejak itu lebih mirip makhluk yang berjalan dengan dua kaki dibanding makhluk yang berjalan dengan empat kaki dengan jarak antara jejak sekitar 8 inci. Kesan yang bisa ditangkap dari jejak tersebut adalah mirip dengan sepatu keledai."
Jika yang bertanggung jawab atas jejak tersebut adalah seekor hewan, maka para penduduk tidak pernah tahu hewan yang bisa meninggalkan jejak seperti itu. Jadi, rumor pun beredar.
Devon disebut-sebut kedatangan makhluk misterius yang tidak dikenal!
Karena faktor ini, beberapa pemuka agama menduga kalau jejak kaki tersebut ditinggalkan oleh setan yang sedang berkeliaran mencari para pendosa. Ide ini tentu saja ditolak oleh banyak orang. Namun dugaan ini memberikan nama untuk fenomena ini, yaitu Jejak-jejak kaki setan Devon.
Ketika mendengar istilah jejak-jejak kaki setan, jangan membayangkan kalau jejak-jejak tersebut berukuran raksasa. Ukuran panjangnya hanya 4-6 cm sehingga cukup masuk akal jika kita beranggapan jejak ini diciptakan oleh hewan.
Dan itulah yang segera dilakukan oleh beberapa orang yang menolak teori jejak setan. Mereka bergegas memberikan dugaan yang lebih rasional.
Misalnya Pendeta G.M Musgrave yang kemudian segera mengirim surat kepada harian Illustrated London news untuk memberitahukan mengenai adanya dua ekor kanguru yang terlepas dari kebun binatang pribadi milik Mr. Fische di Sidmouth.
Tetapi kalau memang ada kanguru yang terlepas, mengapa dua hewan ini tidak terlihat oleh penduduk desa?
Bahkan tidak ada kepastian lebih lanjut apakah benar-benar ada kanguru yang terlepas atau tidak sehingga berita itu kemudian hanya dianggap sebagai rumor.
Sir Richard Owen, seorang ahli biologi kenamaan, percaya kalau jejak itu ditinggalkan oleh seekor Badger (Hewan sejenis Musang) yang berkeliaran di desa untuk mencari makan. Menurutnya, jejak yang aneh itu tercipta karena kebiasaan hewan itu menaruh kaki belakangnya ke jejak yang dibuat oleh kaki depan.
Selain Badger, ada yang menyebutkan racoon, keledai, tikus, berang-berang ataupun hewan lainnya. Sayangnya, tidak ada satupun diantara hewan tersebut memiliki jejak kaki yang serupa dengan jejak kaki Devon.
Sebagian lain percaya kalau jejak-jejak kaki tersebut dibuat oleh seorang iseng yang mungkin ingin menciptakan kehebohan. Namun teori ini memiliki kelemahan. Jika memang jejak itu dibuat oleh orang yang iseng, mengapa tidak terlihat adanya jejak lainnya di atas salju? Bagaimana bisa jejak tersebut terlihat hingga 160 km? Dan jika memang orang itu hendak menciptakan kehebohan, mengapa ia tidak menciptakan jejak kaki yang lebih besar dan lebih mengerikan seperti jejak harimau?
Jadi, misteri ini tetap tidak terpecahkan. Usaha untuk memberikan penjelasan rasional atas peristiwa ini berlangsung hingga abad 20 ketika sejumlah penulis modern mencoba untuk menawarkan alternatif penjelasan.
Misalnya, pada tahun 1985, terbit sebuah buku berjudul "The Devil's Footprints: The Great Devon Mystery as it was reported in the newspapaer of 1855" yang ditulis oleh Geoffrey Household.
Dalam bukunya, ia mengajukan teori kalau jejak-jejak aneh tersebut mungkin telah diciptakan oleh sebuah balon eksperimen. Ia mengaku mendapatkan informasi kalau sebuah balon telah terlepas tanpa sengaja dari galangan kapal Devonport. Balon itu terikat dengan sebuah tali yang menggantung dengan besi di ujungnya. Besi inilah yang dianggapnya telah membuat jejak-jejak misterius tersebut.
Sumber Household adalah seorang pria lokal bernama Major Carter yang mengetahui hal ini dari kakeknya yang bekerja di galangan kapal itu. Menurutnya, pada waktu itu, informasi ini dirahasiakan karena balon itu juga merusak beberapa rumah kaca dan jendela rumah penduduk sebelum akhirnya jatuh di Honiton.
Tetapi, pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin sebuah balon bisa menciptakan jejak yang konsisten dengan jarak 8 inci (20 cm)? atau jejak yang sampai ke pintu rumah penduduk dan kembali? Apakah balon itu memiliki kecerdasan artifisial yang membuatnya bisa berpikir?
Penulis lain, Mike Dash, yang menulis sebuah artikel mengenai jejak setan Devon di Fortean Studies, percaya kalau jejak tersebut ditinggalkan oleh hewan pengerat yang melompat seperti tikus hutan. Tidak heran kalau jejak-jejak ini juga bisa ditemui di atap rumah. Menurutnya, jejak yang ditinggalkan oleh lompatan tikus sangat mirip dengan jejak hewan berkuku belah karena pergerakan otot kakinya ketika melompat.
Teori ini bukan sesuatu yang baru karena memang sudah sering disinggung sebelumnya. Namun, sekali lagi, tidak ada hewan pengerat yang diketahui memiliki jejak seperti itu.
Penulis lain, seperti Joe Nickell yang skeptis, lebih percaya kalau kisah ini hanyalah sebuah hoax. menurutnya, bagaimana mungkin jejak itu bisa mencapai 160 km? Apakah ada penduduk yang mengikuti jejak tersebut hingga 160 km pada hari itu?
Cukup masuk akal. Namun, dokumentasi mengenai peristiwa ini cukup lengkap sehingga jika kisah ini sebuah hoax, maka pastilah hoax tersebut diciptakan oleh media yang terbit pada tahun itu. Tetapi pandangan ini pun tidak didasarkan atas bukti yang kuat.
Pandangan lain yang mirip dengan Joe adalah: jejak ini tercipta akibat histeria massa. Mungkin para penduduk telah melihat jejak-jejak hewan yang beragam dan menganggapnya sebagai jejak yang sama. Joe juga beranggapan seperti itu. menurutnya, deskripsi saksi yang berbeda-beda membuat kemungkinan ini menjadi lebih kuat.
Tentu saja teori ini adalah jalan keluar yang paling gampang. Namun, bagi peneliti lain, misteri ini menarik karena mungkin ada makhluk cryptid yang hidup di Devon. Selain itu, walaupun kasus Devon adalah yang paling terkenal, misteri sejenis ini ternyata juga pernah disinggung dalam beberapa catatan sejarah lainnya.
Salah satu penulis yang pernah menyinggungnya adalah Ralph of Coggeshall, seorang penulis yang hidup pada abad ke-13. Dalam tulisannya, Ralph menceritakan mengenai sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 19 Juli 1205 dimana jejak-jejak kaki misterius muncul setelah terjadi badai.
Lalu, Kapten Sir James Clark Ross, komandan kapal yang pernah menjelajah kutub selatan. Ia juga menceritakan peristiwa yang serupa. Pada Mei 1840, kapal mereka mendarat di pulau Kerguelen dan menemukan adanya jejak-jejak misterius di salju tanpa melihat adanya hewan yang bertanggungjawab atas jejak-jejak tersebut.
Dalam bukunya yang berjudul "Voyage of Discovery and Research in the Southern and Antarctic Regions", Kapten Ross menulis:
"Kami tidak melihat satu pun hewan darat. Dan kami menemukan jejak yang mirip dengan jejak keledai yang ditemukan oleh tim yang dipimpin oleh Letnan Bird. Jejak itu dideskripsikan oleh Dr. Robertson sebagai jejak yang berukuran lebar 3 inci dengan kedalaman sekitar 2,5 inci. Jejak itu juga memiliki tekanan di masing-masing sisi dan bentuknya terlihat seperti tapal kuda."
"Sangat tidak mungkin kalau hewan itu berasal dari kapal yang terdampar. Mereka mengikuti jejak itu selama beberapa jauh dengan harapan melihat hewan yang menciptakannya, namun tidak menemukan apa-apa hingga sampai ke daratan berbatu yang tidak bersalju."
Mungkin peristiwa-peristiwa yang disinggung Coggeshall dan Kapten Ross tidak ada hubungannya dengan peristiwa Devon. Namun jika sebuah fenomena misterius terjadi beberapa kali, maka ada sesuatu yang perlu diselidiki. Karena itu, ketika Jill Wade menemukan jejak-jejak misterius di kebun belakang rumahnya, antusiasme segera menjalar diantara para cryptozoologyst. Kali ini, mereka memiliki tempat kejadian perkara dengan jejak yang masih terlihat, mereka memiliki foto jejak tersebut dan mereka bisa memikirkan ulang misteri ini dengan mengacu kepada ilmu pengetahuan modern sambil berharap memecahkannya.
Jejak yang ditemukan Jill memiliki panjang 13 cm dan jarak antara jejak sekitar 28 sampai 43 cm. Ukuran ini tidak sesuai dengan jejak hewan yang dikenal saat ini. Tetapi Jonathan Downes dari CFZ optimis kalau misteri ini akan terpecahkan. Ia dan timnya sedang meneliti kemungkinan kalau jejak itu diciptakan oleh seekor kelinci yang cacat.
Ia juga berharap kalau misteri yang terjadi 156 tahun lalu ikut terpecahkan.
Mengenai Jejak di kebun belakang Jill, Downes berkata:
"Apakah aku percaya kalau setan telah datang dari lubang neraka dan berkeliaran di sebuah kebun di utara Devon? Tentu saja tidak.
"Jika kamu bertanya apakah ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan modern, maka jawabannya adalah ya. Namun pengetahuan manusia selalu berkembang dan aku percaya kalau sesuatu yang saat ini dikategorikan sebagai fenomena paranormal, suatu hari nanti akan dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan."
Apakah jejak kaki di kebun belakang rumah Jill memiliki hubungan dengan jejak kaki setan Devon tidak diketahui dengan jelas. Namun kita berharap penelitian CFZ akan membawa sedikit titik terang, paling tidak alternatif kemungkinan yang baru.
Mengenai penemuan jejak-jejak kaki misterius di atas salju ini, Rupert T. Gould pernah memberikan sebuah pertanyaan yang menarik:
"Aku berpikir, jika mereka menemukan makhluk itu, apakah yang akan mereka lihat?"
Jill yang telah berusia 76 tahun berkata:
"Aku melihat ke kebun belakang rumahku dan sangat terkejut. Aku benar-benar tidak bisa mempercayainya. Jejak-jejak kaki itu berbentuk kuku belah dan tidak ada jejak lain di atas salju."
Jejak di kebun belakang rumah Jill Wade
Penemuan Jill segera menarik perhatian Centre for Fortean Zoology (CFZ), sebuah organisasi Cryptozoology, yang segera mengirim tim untuk memeriksa jejak-jejak tersebut. Jika mereka berhasil memecahkan misteri ini, mungkin mereka juga akan memecahkan misteri serupa yang telah berusia lebih dari 150 tahun, yaitu misteri jejak-jejak kaki setan Devon.Mari kita flashback 156 tahun ke belakang.
Pada tanggal 8 Februari 1855, salju tebal turun di Devon selatan selama seharian. Hujan salju itu baru berhenti kira-kira pada tengah malam dan saat itu para penduduk Devon sudah lelap dalam tidurnya. Namun, sesuatu sedang terjadi di luar.
Pagi harinya, para penduduk mulai bersiap untuk melakukan aktivitasnya.
Tiba-tiba mereka melihat ada sesuatu yang tidak biasa di atas permukaan salju.
Mereka menemukan jejak-jejak aneh!
Jejak-jejak itu memiliki pola seperti kuku belah. Saksi lain mendeskripsikan bentuknya seperti huruf U atau seperti tapal kuda. Ukuran panjangnya adalah 4 cm hingga 6,25 cm dan jarak antara jejak kaki sekitar 20 cm.
Tidak ada jejak lain di permukaan salju.
Hebatnya, jejak-jejak tersebut terlihat hingga 160 km jauhnya dari Exmouth hingga Topsham.
Apa yang lebih membingungkan adalah letak jejak-jejak tersebut.
Pada beberapa lokasi, jejak-jejak tersebut terlihat menghampiri pintu rumah penduduk, namun kembali menjauh.
Di tempat lain, jejak tersebut terlihat di atap rumah.
Lalu, ada juga jejak yang terlihat menghadap sebuah tembok setinggi 4 meter dan muncul di sisi lain dari tembok, seakan-akan mahkluk tersebut berjalan menembus tembok.
Di sungai Exe, jejak tersebut terlihat pada dua sisinya, entahkah makhluk itu menyeberangi sungai tersebut atau ada dua makhluk yang berjalan di kedua sisi sungai.
Makhluk apakah yang telah menciptakan jejak-jejak tersebut?
Setelah pagi itu, berita mengenai fenomena jejak kaki misterius telah menyebar hingga ke luar Devon.
Harian Times of London mendeskripsikan jejak tersebut sebagai berikut:
"Jejak itu lebih mirip makhluk yang berjalan dengan dua kaki dibanding makhluk yang berjalan dengan empat kaki dengan jarak antara jejak sekitar 8 inci. Kesan yang bisa ditangkap dari jejak tersebut adalah mirip dengan sepatu keledai."
Jika yang bertanggung jawab atas jejak tersebut adalah seekor hewan, maka para penduduk tidak pernah tahu hewan yang bisa meninggalkan jejak seperti itu. Jadi, rumor pun beredar.
Devon disebut-sebut kedatangan makhluk misterius yang tidak dikenal!
Karena faktor ini, beberapa pemuka agama menduga kalau jejak kaki tersebut ditinggalkan oleh setan yang sedang berkeliaran mencari para pendosa. Ide ini tentu saja ditolak oleh banyak orang. Namun dugaan ini memberikan nama untuk fenomena ini, yaitu Jejak-jejak kaki setan Devon.
Ketika mendengar istilah jejak-jejak kaki setan, jangan membayangkan kalau jejak-jejak tersebut berukuran raksasa. Ukuran panjangnya hanya 4-6 cm sehingga cukup masuk akal jika kita beranggapan jejak ini diciptakan oleh hewan.
Dan itulah yang segera dilakukan oleh beberapa orang yang menolak teori jejak setan. Mereka bergegas memberikan dugaan yang lebih rasional.
Misalnya Pendeta G.M Musgrave yang kemudian segera mengirim surat kepada harian Illustrated London news untuk memberitahukan mengenai adanya dua ekor kanguru yang terlepas dari kebun binatang pribadi milik Mr. Fische di Sidmouth.
Tetapi kalau memang ada kanguru yang terlepas, mengapa dua hewan ini tidak terlihat oleh penduduk desa?
Bahkan tidak ada kepastian lebih lanjut apakah benar-benar ada kanguru yang terlepas atau tidak sehingga berita itu kemudian hanya dianggap sebagai rumor.
Sir Richard Owen, seorang ahli biologi kenamaan, percaya kalau jejak itu ditinggalkan oleh seekor Badger (Hewan sejenis Musang) yang berkeliaran di desa untuk mencari makan. Menurutnya, jejak yang aneh itu tercipta karena kebiasaan hewan itu menaruh kaki belakangnya ke jejak yang dibuat oleh kaki depan.
Badger - Hewan sejenis Luwak
Namun, Sir Owen tidak pernah secara langsung mengobservasi jejak tersebut dan mendasarkan teorinya hanya pada deskripsi para saksi. Dan memang, teorinya tidak terbukti.Selain Badger, ada yang menyebutkan racoon, keledai, tikus, berang-berang ataupun hewan lainnya. Sayangnya, tidak ada satupun diantara hewan tersebut memiliki jejak kaki yang serupa dengan jejak kaki Devon.
Sebagian lain percaya kalau jejak-jejak kaki tersebut dibuat oleh seorang iseng yang mungkin ingin menciptakan kehebohan. Namun teori ini memiliki kelemahan. Jika memang jejak itu dibuat oleh orang yang iseng, mengapa tidak terlihat adanya jejak lainnya di atas salju? Bagaimana bisa jejak tersebut terlihat hingga 160 km? Dan jika memang orang itu hendak menciptakan kehebohan, mengapa ia tidak menciptakan jejak kaki yang lebih besar dan lebih mengerikan seperti jejak harimau?
Jadi, misteri ini tetap tidak terpecahkan. Usaha untuk memberikan penjelasan rasional atas peristiwa ini berlangsung hingga abad 20 ketika sejumlah penulis modern mencoba untuk menawarkan alternatif penjelasan.
Misalnya, pada tahun 1985, terbit sebuah buku berjudul "The Devil's Footprints: The Great Devon Mystery as it was reported in the newspapaer of 1855" yang ditulis oleh Geoffrey Household.
Dalam bukunya, ia mengajukan teori kalau jejak-jejak aneh tersebut mungkin telah diciptakan oleh sebuah balon eksperimen. Ia mengaku mendapatkan informasi kalau sebuah balon telah terlepas tanpa sengaja dari galangan kapal Devonport. Balon itu terikat dengan sebuah tali yang menggantung dengan besi di ujungnya. Besi inilah yang dianggapnya telah membuat jejak-jejak misterius tersebut.
Sumber Household adalah seorang pria lokal bernama Major Carter yang mengetahui hal ini dari kakeknya yang bekerja di galangan kapal itu. Menurutnya, pada waktu itu, informasi ini dirahasiakan karena balon itu juga merusak beberapa rumah kaca dan jendela rumah penduduk sebelum akhirnya jatuh di Honiton.
Tetapi, pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin sebuah balon bisa menciptakan jejak yang konsisten dengan jarak 8 inci (20 cm)? atau jejak yang sampai ke pintu rumah penduduk dan kembali? Apakah balon itu memiliki kecerdasan artifisial yang membuatnya bisa berpikir?
Penulis lain, Mike Dash, yang menulis sebuah artikel mengenai jejak setan Devon di Fortean Studies, percaya kalau jejak tersebut ditinggalkan oleh hewan pengerat yang melompat seperti tikus hutan. Tidak heran kalau jejak-jejak ini juga bisa ditemui di atap rumah. Menurutnya, jejak yang ditinggalkan oleh lompatan tikus sangat mirip dengan jejak hewan berkuku belah karena pergerakan otot kakinya ketika melompat.
Teori ini bukan sesuatu yang baru karena memang sudah sering disinggung sebelumnya. Namun, sekali lagi, tidak ada hewan pengerat yang diketahui memiliki jejak seperti itu.
Penulis lain, seperti Joe Nickell yang skeptis, lebih percaya kalau kisah ini hanyalah sebuah hoax. menurutnya, bagaimana mungkin jejak itu bisa mencapai 160 km? Apakah ada penduduk yang mengikuti jejak tersebut hingga 160 km pada hari itu?
Cukup masuk akal. Namun, dokumentasi mengenai peristiwa ini cukup lengkap sehingga jika kisah ini sebuah hoax, maka pastilah hoax tersebut diciptakan oleh media yang terbit pada tahun itu. Tetapi pandangan ini pun tidak didasarkan atas bukti yang kuat.
Pandangan lain yang mirip dengan Joe adalah: jejak ini tercipta akibat histeria massa. Mungkin para penduduk telah melihat jejak-jejak hewan yang beragam dan menganggapnya sebagai jejak yang sama. Joe juga beranggapan seperti itu. menurutnya, deskripsi saksi yang berbeda-beda membuat kemungkinan ini menjadi lebih kuat.
Tentu saja teori ini adalah jalan keluar yang paling gampang. Namun, bagi peneliti lain, misteri ini menarik karena mungkin ada makhluk cryptid yang hidup di Devon. Selain itu, walaupun kasus Devon adalah yang paling terkenal, misteri sejenis ini ternyata juga pernah disinggung dalam beberapa catatan sejarah lainnya.
Salah satu penulis yang pernah menyinggungnya adalah Ralph of Coggeshall, seorang penulis yang hidup pada abad ke-13. Dalam tulisannya, Ralph menceritakan mengenai sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 19 Juli 1205 dimana jejak-jejak kaki misterius muncul setelah terjadi badai.
Lalu, Kapten Sir James Clark Ross, komandan kapal yang pernah menjelajah kutub selatan. Ia juga menceritakan peristiwa yang serupa. Pada Mei 1840, kapal mereka mendarat di pulau Kerguelen dan menemukan adanya jejak-jejak misterius di salju tanpa melihat adanya hewan yang bertanggungjawab atas jejak-jejak tersebut.
Dalam bukunya yang berjudul "Voyage of Discovery and Research in the Southern and Antarctic Regions", Kapten Ross menulis:
"Kami tidak melihat satu pun hewan darat. Dan kami menemukan jejak yang mirip dengan jejak keledai yang ditemukan oleh tim yang dipimpin oleh Letnan Bird. Jejak itu dideskripsikan oleh Dr. Robertson sebagai jejak yang berukuran lebar 3 inci dengan kedalaman sekitar 2,5 inci. Jejak itu juga memiliki tekanan di masing-masing sisi dan bentuknya terlihat seperti tapal kuda."
"Sangat tidak mungkin kalau hewan itu berasal dari kapal yang terdampar. Mereka mengikuti jejak itu selama beberapa jauh dengan harapan melihat hewan yang menciptakannya, namun tidak menemukan apa-apa hingga sampai ke daratan berbatu yang tidak bersalju."
Mungkin peristiwa-peristiwa yang disinggung Coggeshall dan Kapten Ross tidak ada hubungannya dengan peristiwa Devon. Namun jika sebuah fenomena misterius terjadi beberapa kali, maka ada sesuatu yang perlu diselidiki. Karena itu, ketika Jill Wade menemukan jejak-jejak misterius di kebun belakang rumahnya, antusiasme segera menjalar diantara para cryptozoologyst. Kali ini, mereka memiliki tempat kejadian perkara dengan jejak yang masih terlihat, mereka memiliki foto jejak tersebut dan mereka bisa memikirkan ulang misteri ini dengan mengacu kepada ilmu pengetahuan modern sambil berharap memecahkannya.
Jejak yang ditemukan Jill memiliki panjang 13 cm dan jarak antara jejak sekitar 28 sampai 43 cm. Ukuran ini tidak sesuai dengan jejak hewan yang dikenal saat ini. Tetapi Jonathan Downes dari CFZ optimis kalau misteri ini akan terpecahkan. Ia dan timnya sedang meneliti kemungkinan kalau jejak itu diciptakan oleh seekor kelinci yang cacat.
Ia juga berharap kalau misteri yang terjadi 156 tahun lalu ikut terpecahkan.
Mengenai Jejak di kebun belakang Jill, Downes berkata:
"Apakah aku percaya kalau setan telah datang dari lubang neraka dan berkeliaran di sebuah kebun di utara Devon? Tentu saja tidak.
"Jika kamu bertanya apakah ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan modern, maka jawabannya adalah ya. Namun pengetahuan manusia selalu berkembang dan aku percaya kalau sesuatu yang saat ini dikategorikan sebagai fenomena paranormal, suatu hari nanti akan dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan."
Apakah jejak kaki di kebun belakang rumah Jill memiliki hubungan dengan jejak kaki setan Devon tidak diketahui dengan jelas. Namun kita berharap penelitian CFZ akan membawa sedikit titik terang, paling tidak alternatif kemungkinan yang baru.
Mengenai penemuan jejak-jejak kaki misterius di atas salju ini, Rupert T. Gould pernah memberikan sebuah pertanyaan yang menarik:
"Aku berpikir, jika mereka menemukan makhluk itu, apakah yang akan mereka lihat?"
Peristiwanya terjadi di Gevaudan, Perancis, pada pertengahan tahun 1700an. Lebih dari 100 penduduk tewas akibat serangan makhluk misterius yang disebut The Beast of Gevaudan. Horor yang menimpa para penduduknya itu masih menjadi misteri yang tidak terpecahkan hingga kini.
Tidak ada yang bisa memastikan jumlah pasti korban serangan makhluk Gevaudan. Namun Dr. Beaufort yang pernah meneliti kasus ini menemukan paling tidak ada 210 serangan yang dihubungkan dengan makhluk ini. Dari antara 210 serangan itu terdapat 49 korban luka. Sedangkan korban tewas mencapai 113 orang. 98 diantaranya tewas dengan kondisi tubuh termutilasi akibat disantap.
Semuanya bermula pada tanggal 1 Juni 1764.
Saat itu, seorang anak perempuan yang baru berusia 14 tahun keluar untuk menggembalakan ternaknya ke sebuah padang rumput dekat Gevaudan di Perancis Selatan. Ia tidak menduga kalau apa yang menimpanya akan menjadi awal dari sebuah misteri yang berlangsung hingga ratusan tahun kemudian.
Ketika sedang memperhatikan ternak-ternaknya, ia melihat ke arah semak-semak yang ada di dekat situ. Gerakan pada semak itu cukup membangkitkan rasa ingin tahunya.
Ia tidak perlu menunggu lama.
Sesaat kemudian, seekor hewan besar seperti anjing keluar dari semak-semak itu dan segera berlari ke arahnya. Walaupun hewan ini memiliki rupa seperti anjing, tubuhnya sangat besar, bahkan hampir menyamai besar seekor kerbau.
Ketika hewan ini hendak menerkamnya, anak perempuan itu menggunakan tongkatnya untuk memukulnya. Namun tenaganya tidak bisa dibandingkan dengan monster bertubuh besar itu. Untungnya, saat itu ia membawa beberapa ekor anjing untuk keperluan perlindungan. Anjing-anjing ini bereaksi ketika melihat makhluk itu dan segera menyerangnya.
Makhluk itu masih berusaha mendekati anak perempuan itu sebelum akhirnya mundur dan menghilang di kejauhan.
Tidak ada yang pernah melihat makhluk ini sebelumnya. Namun setelah peristiwa di padang rumput itu, ia mulai sering muncul dan menebar teror yang memakan korban jiwa lebih dari 100 orang.
Pada tanggal 30 Juni tahun yang sama, monster itu meminta korban pertamanya. Jeanne Boulet yang juga berusia 14 tahun ditemukan tewas dekat desa Les Hubacs, tidak jauh dari Gevaudan. Anak perempuan malang ini ditemukan dengan dada yang robek dan jantung yang berceceran.
Harian Paris Gazzete yang terbit pada bulan Juni 1764 memuat deskripsi saksi mata yang sempat melihat makhluk itu:
"Makhluk itu lebih tinggi dari serigala pada umumnya. Telapak kakinya dilengkapi dengan kuku. Warna bulunya kemerahan, kepalanya besar sedangkan mulutnya yang dipenuhi gigi-gigi tajam sangat mirip dengan anjing Greyhound. Telinganya kecil dan lurus, dadanya lebar berwarna abu-abu sedangkan punggungnya memiliki alur berwarna hitam."
Makhluk itu juga disebut mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Deskripsi ini tidak sesuai dengan hewan apapun yang dikenal pada saat itu.
Dalam banyak kesempatan, makhluk itu muncul dan menyerang para penduduk. Pada bulan September 1764, korban tewas akibat serangannya telah mencapai satu korban setiap minggu. Setiap korban tewas dengan kondisi mayat yang mengenaskan, umumnya dengan leher robek dan tubuh termutilasi. Pada banyak korban, terlihat jelas tanda bekas disantap.
Pada bulan Oktober, kematian terus berlanjut dengan ditemukannya mayat-mayat yang kebanyakan wanita dan anak-anak di berbagai tempat di desa.
Pada saat itu, berita mengenai makhluk ini telah menyebar luas ke seluruh Perancis. Penduduk desa di sekitar Gevaudan mengalami ketakutan yang luar biasa. Pintu-pintu rumah dikunci dan para penduduk mengurangi aktivitas di luar rumah. Mereka yang terpaksa keluar rumah akan membawa teman dan senjata untuk melindungi diri.
Sebenarnya ada alasan lain mengapa para penduduk desa dicekam ketakutan, yaitu beredarnya rumor yang menyebutkan kalau makhluk buas itu sebenarnya adalah seekor Loup Garou atau Manusia Serigala (Werewolf). Rumor ini berkembang karena dalam beberapa kesempatan makhluk itu terlihat tidak terpengaruh oleh tembakan peluru yang dilepaskan. Salah seorang petani bahkan berhasil menusuknya dengan pisau. Tetapi makhluk itu tidak terluka sama sekali.
Kenyataan ini membuat para penduduk percaya kalau mereka sedang berurusan dengan makhluk supranatural.
Pada Januari 1765, terjadi sebuah peristiwa yang akhirnya membuat raja Perancis ikut turun tangan.
Saat itu, Jacques Portefaix dan enam orang temannya berjumpa dengan makhluk itu. Namun dengan tetap berkelompok, mereka berhasil melawan dan menghalaunya. Perlawanan yang dilakukan oleh Jacques dan teman-temannya segera menarik perhatian raja Louis XV yang kemudian menghadiahi Jacques dengan 300 livre dan 300 livre lainnya untuk teman-temannya.
Bukan itu saja, raja juga memutuskan untuk mengirim pemburu serigala profesional bernama Jean Charles Marc Antoine Vaumesle d'Enneval dan putranya Jean Francois untuk mencari dan membunuh monster itu.
Selain dua orang itu, paling tidak ada sekitar dua ribu orang lainnya yang turut memburu makhluk ini.
Pada tanggal 17 Februari 1765, d'Enneval dan Francois tiba di Clermont Ferrand. Mereka membawa delapan ekor anjing pemburu yang telah berpengalaman. Namun kedua pemburu ini malah menghabiskan waktu selama berbulan-bulan untuk memburu dan menembak mati serigala-serigala karena mereka percaya kalau hewan-hewan inilah yang telah bertanggung jawab atas serangan-serangan berdarah tersebut.
Akibatnya, korban jiwa terus berjatuhan.
Pada bulan Juni 1765, kesabaran raja mulai habis. Ia mengganti dua pemburu tersebut dengan Francois Antoine yang sebelumnya bertugas sebagai pembawa senjata raja.
Pada tanggal 21 September 1765, Antoine berhasil membunuh seekor serigala besar yang memiliki tinggi 80 cm dengan panjang hingga 1,7 meter. Serigala ini dijuluki Le Loup de Chazes.
Mengenai hewan ini, Antoine berkata:
"Kami belum pernah melihat serigala dengan ukuran tubuh sebesar ini. Karena itu kami menyimpulkan kalau makhluk ini adalah makhluk yang telah melakukan serangan-serangan terhadap penduduk desa."
Bangkai serigala itu dibawa ke Versailles. Antoine dielu-elukan sebagai pahlawan dan menerima banyak uang sebagai hadiah.
Namun serangan berdarah ternyata belum berakhir. Ini mengindikasikan kalau Antoine telah membunuh monster yang salah!
Pada tanggal 2 Desember 1765, makhluk itu terlihat di La Besseyre Saint Mary dan menyerang dua orang anak.
Pada bulan-bulan berikutnya korban terus berjatuhan.
Pada tahun 1767 serangan-serangan tersebut tiba-tiba saja berhenti dan banyak yang percaya kalau Beast of Gevaudan telah mati.
Sayangnya kisah ini berakhir dengan abu-abu.
Para sejarawan memiliki banyak teori yang berbeda mengenai berakhirnya serangan itu. Namun legenda yang paling populer menyebutkan kalau monster itu dibunuh oleh seorang penduduk lokal bernama Jean Chastel pada tanggal 19 Juni 1767.
Menurut cerita, suatu hari, Chastel yang saat itu ikut memburu makhluk itu bersama rekan-rekannya lainnya, duduk di sebuah tempat dan memutuskan untuk berdoa kepada Tuhan mengenai seluruh masalah ini. Setelah itu ia mengeluarkan Alkitabnya dan mulai membaca. Baru saja ia membaca beberapa paragraf, tiba-tiba Beast of Gevaudan muncul di hadapannya.
Chastel segera membidikkan senapannya dan membunuh makhluk itu.
Legenda Chastel kemudian diambil oleh banyak penulis dan dimodifikasi sehingga lebih berbau dongeng ketimbang fakta. Misalnya, salah seorang penulis menceritakan kalau Beast of Gevaudan sesungguhnya adalah benar-benar seekor werewolf dan Chastel sendiri adalah ayahnya. Karena itulah ia berhasil membunuhnya dan mengubur bangkainya di suatu tempat.
Penulis lain menyebutkan kalau Chastel bisa membunuhnya karena menggunakan peluru perak.
Jadi kita mendapatkan sebuah kisah yang bercampur aduk antara fakta dengan imajinasi.
Lalu pertanyaannya adalah, makhluk apakah Beast of Gevaudan itu sebenarnya?
Mengenai identitasnya, ada berbagai pendapat yang dikemukakan. Teori yang paling populer adalah teori werewolf atau manusia serigala. Seperti yang sudah saya singgung di atas, anggapan ini muncul karena kemampuannya yang kebal peluru atau tusukan. Selain itu, ukuran tubuhnya yang luar biasa tidak cocok dengan karakteristik hewan manapun.
Tetapi teori ini tidak memiliki bukti yang memadai untuk mengkonfirmasinya.
Richard H.Thompson, penulis buku "Wolf hunting in France in the reign of Louis XV: The beast of Gevaudan", percaya kalau makhluk itu sesungguhnya adalah sejenis serigala besar.
Walaupun serigala liar cenderung menghindari manusia, namun beberapa ahli beranggapan kalau serigala pada abad-abad lampau lebih agresif. Serigala yang cenderung pemalu pada masa modern ini sesungguhnya adalah hasil dari seleksi alam.
Pandangan ini juga didasarkan pada fakta kalau korban tewas akibat serangan serigala pada masa modern ini pada umumnya adalah anak-anak. Jika ada orang dewasa yang menjadi korban, maka umumnya adalah wanita.
Tetapi teori ini gagal menjelaskan karakteristik dan rupa makhluk ini yang sama sekali tidak terlihat seperti serigala.
Teori lain menyebutkan kalau makhluk itu adalah hasil perkawinan silang antara seekor anjing dengan serigala liar. Ini ditunjukkan dengan ukuran tubuh dan warna bulunya yang tidak biasa. Spekulasi ini didukung oleh naturalis bernama Michel Louis yang menulis buku berjudul "The Beast of Gevaudan: The Innocence of Wolves".
Menurut Louis, sebagian penduduk desa mengaku pernah melihat Jean Chastel bersama seekor anjing mastiff besar berwarna merah. Ia percaya kalau anjing itu adalah Beast of Gevaudan yang sesungguhnya. Louis juga percaya kalau kemampuan anjing itu untuk menahan peluru mungkin karena ia dikenakan pakaian dari kulit babi hutan yang juga menjelaskan warna bulunya yang aneh.
Dengan kata lain, Louis percaya kalau makhluk itu adalah peliharaan Chastel sendiri.
Selain teori-teori itu, beberapa Cryptozoologyst percaya kalau makhluk itu mungkin adalah keturunan sejenis hewan purba Mesonychid yang dengan suatu cara berhasil bertahan hidup di masa modern ini.
Tetapi, sama seperti teori lainnya, tidak ada argumen pendukung yang cukup kuat untuk meneguhkan teori ini.
Teori lain muncul pada Oktober 2009 ketika History Channel menayangkan sebuah film dokumenter yang berjudul The Real Wolfman. Pada tayangan itu, Beast of Gevaudan disebut sebagai Hyena Asia yang sudah punah di Eropa. Namun, tidak semua sependapat dengan pandangan ini karena Hyena hanya memiliki 34 gigi. Sedangkan berdasarkan hasil otopsi mayat korban, Beast of Gevaudan memiliki 42 gigi.
Jadi, tidak ada kesimpulan yang pasti dan kita masih menebak-nebak identitas monster itu. Namun, yang pasti, tidak ada yang bisa membantah kalau pada tahun 1764 di Perancis, lebih dari 100 orang tewas mengenaskan akibat serangan binatang buas yang misterius.
Tidak ada yang bisa memastikan jumlah pasti korban serangan makhluk Gevaudan. Namun Dr. Beaufort yang pernah meneliti kasus ini menemukan paling tidak ada 210 serangan yang dihubungkan dengan makhluk ini. Dari antara 210 serangan itu terdapat 49 korban luka. Sedangkan korban tewas mencapai 113 orang. 98 diantaranya tewas dengan kondisi tubuh termutilasi akibat disantap.
Semuanya bermula pada tanggal 1 Juni 1764.
Saat itu, seorang anak perempuan yang baru berusia 14 tahun keluar untuk menggembalakan ternaknya ke sebuah padang rumput dekat Gevaudan di Perancis Selatan. Ia tidak menduga kalau apa yang menimpanya akan menjadi awal dari sebuah misteri yang berlangsung hingga ratusan tahun kemudian.
Ketika sedang memperhatikan ternak-ternaknya, ia melihat ke arah semak-semak yang ada di dekat situ. Gerakan pada semak itu cukup membangkitkan rasa ingin tahunya.
Ia tidak perlu menunggu lama.
Sesaat kemudian, seekor hewan besar seperti anjing keluar dari semak-semak itu dan segera berlari ke arahnya. Walaupun hewan ini memiliki rupa seperti anjing, tubuhnya sangat besar, bahkan hampir menyamai besar seekor kerbau.
Ketika hewan ini hendak menerkamnya, anak perempuan itu menggunakan tongkatnya untuk memukulnya. Namun tenaganya tidak bisa dibandingkan dengan monster bertubuh besar itu. Untungnya, saat itu ia membawa beberapa ekor anjing untuk keperluan perlindungan. Anjing-anjing ini bereaksi ketika melihat makhluk itu dan segera menyerangnya.
Makhluk itu masih berusaha mendekati anak perempuan itu sebelum akhirnya mundur dan menghilang di kejauhan.
Patung yang didirikan di Gevaudan untuk memperingati
peristiwa penyerangan pertama
peristiwa penyerangan pertama
Tidak ada yang pernah melihat makhluk ini sebelumnya. Namun setelah peristiwa di padang rumput itu, ia mulai sering muncul dan menebar teror yang memakan korban jiwa lebih dari 100 orang.
Pada tanggal 30 Juni tahun yang sama, monster itu meminta korban pertamanya. Jeanne Boulet yang juga berusia 14 tahun ditemukan tewas dekat desa Les Hubacs, tidak jauh dari Gevaudan. Anak perempuan malang ini ditemukan dengan dada yang robek dan jantung yang berceceran.
Harian Paris Gazzete yang terbit pada bulan Juni 1764 memuat deskripsi saksi mata yang sempat melihat makhluk itu:
"Makhluk itu lebih tinggi dari serigala pada umumnya. Telapak kakinya dilengkapi dengan kuku. Warna bulunya kemerahan, kepalanya besar sedangkan mulutnya yang dipenuhi gigi-gigi tajam sangat mirip dengan anjing Greyhound. Telinganya kecil dan lurus, dadanya lebar berwarna abu-abu sedangkan punggungnya memiliki alur berwarna hitam."
Makhluk itu juga disebut mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Deskripsi ini tidak sesuai dengan hewan apapun yang dikenal pada saat itu.
Dalam banyak kesempatan, makhluk itu muncul dan menyerang para penduduk. Pada bulan September 1764, korban tewas akibat serangannya telah mencapai satu korban setiap minggu. Setiap korban tewas dengan kondisi mayat yang mengenaskan, umumnya dengan leher robek dan tubuh termutilasi. Pada banyak korban, terlihat jelas tanda bekas disantap.
Pada bulan Oktober, kematian terus berlanjut dengan ditemukannya mayat-mayat yang kebanyakan wanita dan anak-anak di berbagai tempat di desa.
Pada saat itu, berita mengenai makhluk ini telah menyebar luas ke seluruh Perancis. Penduduk desa di sekitar Gevaudan mengalami ketakutan yang luar biasa. Pintu-pintu rumah dikunci dan para penduduk mengurangi aktivitas di luar rumah. Mereka yang terpaksa keluar rumah akan membawa teman dan senjata untuk melindungi diri.
Sebenarnya ada alasan lain mengapa para penduduk desa dicekam ketakutan, yaitu beredarnya rumor yang menyebutkan kalau makhluk buas itu sebenarnya adalah seekor Loup Garou atau Manusia Serigala (Werewolf). Rumor ini berkembang karena dalam beberapa kesempatan makhluk itu terlihat tidak terpengaruh oleh tembakan peluru yang dilepaskan. Salah seorang petani bahkan berhasil menusuknya dengan pisau. Tetapi makhluk itu tidak terluka sama sekali.
Kenyataan ini membuat para penduduk percaya kalau mereka sedang berurusan dengan makhluk supranatural.
Pada Januari 1765, terjadi sebuah peristiwa yang akhirnya membuat raja Perancis ikut turun tangan.
Saat itu, Jacques Portefaix dan enam orang temannya berjumpa dengan makhluk itu. Namun dengan tetap berkelompok, mereka berhasil melawan dan menghalaunya. Perlawanan yang dilakukan oleh Jacques dan teman-temannya segera menarik perhatian raja Louis XV yang kemudian menghadiahi Jacques dengan 300 livre dan 300 livre lainnya untuk teman-temannya.
Bukan itu saja, raja juga memutuskan untuk mengirim pemburu serigala profesional bernama Jean Charles Marc Antoine Vaumesle d'Enneval dan putranya Jean Francois untuk mencari dan membunuh monster itu.
Selain dua orang itu, paling tidak ada sekitar dua ribu orang lainnya yang turut memburu makhluk ini.
Pada tanggal 17 Februari 1765, d'Enneval dan Francois tiba di Clermont Ferrand. Mereka membawa delapan ekor anjing pemburu yang telah berpengalaman. Namun kedua pemburu ini malah menghabiskan waktu selama berbulan-bulan untuk memburu dan menembak mati serigala-serigala karena mereka percaya kalau hewan-hewan inilah yang telah bertanggung jawab atas serangan-serangan berdarah tersebut.
Akibatnya, korban jiwa terus berjatuhan.
Pada bulan Juni 1765, kesabaran raja mulai habis. Ia mengganti dua pemburu tersebut dengan Francois Antoine yang sebelumnya bertugas sebagai pembawa senjata raja.
Pada tanggal 21 September 1765, Antoine berhasil membunuh seekor serigala besar yang memiliki tinggi 80 cm dengan panjang hingga 1,7 meter. Serigala ini dijuluki Le Loup de Chazes.
Ilustrasi: Serigala yang ditangkap oleh Antoine
Mengenai hewan ini, Antoine berkata:
"Kami belum pernah melihat serigala dengan ukuran tubuh sebesar ini. Karena itu kami menyimpulkan kalau makhluk ini adalah makhluk yang telah melakukan serangan-serangan terhadap penduduk desa."
Bangkai serigala itu dibawa ke Versailles. Antoine dielu-elukan sebagai pahlawan dan menerima banyak uang sebagai hadiah.
Namun serangan berdarah ternyata belum berakhir. Ini mengindikasikan kalau Antoine telah membunuh monster yang salah!
Pada tanggal 2 Desember 1765, makhluk itu terlihat di La Besseyre Saint Mary dan menyerang dua orang anak.
Pada bulan-bulan berikutnya korban terus berjatuhan.
Pada tahun 1767 serangan-serangan tersebut tiba-tiba saja berhenti dan banyak yang percaya kalau Beast of Gevaudan telah mati.
Sayangnya kisah ini berakhir dengan abu-abu.
Para sejarawan memiliki banyak teori yang berbeda mengenai berakhirnya serangan itu. Namun legenda yang paling populer menyebutkan kalau monster itu dibunuh oleh seorang penduduk lokal bernama Jean Chastel pada tanggal 19 Juni 1767.
Menurut cerita, suatu hari, Chastel yang saat itu ikut memburu makhluk itu bersama rekan-rekannya lainnya, duduk di sebuah tempat dan memutuskan untuk berdoa kepada Tuhan mengenai seluruh masalah ini. Setelah itu ia mengeluarkan Alkitabnya dan mulai membaca. Baru saja ia membaca beberapa paragraf, tiba-tiba Beast of Gevaudan muncul di hadapannya.
Chastel segera membidikkan senapannya dan membunuh makhluk itu.
Legenda Chastel kemudian diambil oleh banyak penulis dan dimodifikasi sehingga lebih berbau dongeng ketimbang fakta. Misalnya, salah seorang penulis menceritakan kalau Beast of Gevaudan sesungguhnya adalah benar-benar seekor werewolf dan Chastel sendiri adalah ayahnya. Karena itulah ia berhasil membunuhnya dan mengubur bangkainya di suatu tempat.
Penulis lain menyebutkan kalau Chastel bisa membunuhnya karena menggunakan peluru perak.
Jadi kita mendapatkan sebuah kisah yang bercampur aduk antara fakta dengan imajinasi.
Lalu pertanyaannya adalah, makhluk apakah Beast of Gevaudan itu sebenarnya?
Mengenai identitasnya, ada berbagai pendapat yang dikemukakan. Teori yang paling populer adalah teori werewolf atau manusia serigala. Seperti yang sudah saya singgung di atas, anggapan ini muncul karena kemampuannya yang kebal peluru atau tusukan. Selain itu, ukuran tubuhnya yang luar biasa tidak cocok dengan karakteristik hewan manapun.
Tetapi teori ini tidak memiliki bukti yang memadai untuk mengkonfirmasinya.
Richard H.Thompson, penulis buku "Wolf hunting in France in the reign of Louis XV: The beast of Gevaudan", percaya kalau makhluk itu sesungguhnya adalah sejenis serigala besar.
Walaupun serigala liar cenderung menghindari manusia, namun beberapa ahli beranggapan kalau serigala pada abad-abad lampau lebih agresif. Serigala yang cenderung pemalu pada masa modern ini sesungguhnya adalah hasil dari seleksi alam.
Pandangan ini juga didasarkan pada fakta kalau korban tewas akibat serangan serigala pada masa modern ini pada umumnya adalah anak-anak. Jika ada orang dewasa yang menjadi korban, maka umumnya adalah wanita.
Tetapi teori ini gagal menjelaskan karakteristik dan rupa makhluk ini yang sama sekali tidak terlihat seperti serigala.
Teori lain menyebutkan kalau makhluk itu adalah hasil perkawinan silang antara seekor anjing dengan serigala liar. Ini ditunjukkan dengan ukuran tubuh dan warna bulunya yang tidak biasa. Spekulasi ini didukung oleh naturalis bernama Michel Louis yang menulis buku berjudul "The Beast of Gevaudan: The Innocence of Wolves".
Menurut Louis, sebagian penduduk desa mengaku pernah melihat Jean Chastel bersama seekor anjing mastiff besar berwarna merah. Ia percaya kalau anjing itu adalah Beast of Gevaudan yang sesungguhnya. Louis juga percaya kalau kemampuan anjing itu untuk menahan peluru mungkin karena ia dikenakan pakaian dari kulit babi hutan yang juga menjelaskan warna bulunya yang aneh.
Dengan kata lain, Louis percaya kalau makhluk itu adalah peliharaan Chastel sendiri.
Selain teori-teori itu, beberapa Cryptozoologyst percaya kalau makhluk itu mungkin adalah keturunan sejenis hewan purba Mesonychid yang dengan suatu cara berhasil bertahan hidup di masa modern ini.
Tetapi, sama seperti teori lainnya, tidak ada argumen pendukung yang cukup kuat untuk meneguhkan teori ini.
Teori lain muncul pada Oktober 2009 ketika History Channel menayangkan sebuah film dokumenter yang berjudul The Real Wolfman. Pada tayangan itu, Beast of Gevaudan disebut sebagai Hyena Asia yang sudah punah di Eropa. Namun, tidak semua sependapat dengan pandangan ini karena Hyena hanya memiliki 34 gigi. Sedangkan berdasarkan hasil otopsi mayat korban, Beast of Gevaudan memiliki 42 gigi.
Jadi, tidak ada kesimpulan yang pasti dan kita masih menebak-nebak identitas monster itu. Namun, yang pasti, tidak ada yang bisa membantah kalau pada tahun 1764 di Perancis, lebih dari 100 orang tewas mengenaskan akibat serangan binatang buas yang misterius.
Kita selalu takjub dengan petualangan memburu harta karun seperti yang digambarkan dalam film Indiana Jones atau National Treasure. Tetapi bagi Joachim Rittsteig, petualangan yang sesungguhnya baru akan dimulai karena ia mengklaim telah berhasil menemukan sebuah petunjuk yang mengarah kepada lokasi harta karun suku Maya. Ia menemukan petunjuk itu di dalam Dresden Codex yang telah berusia ratusan tahun.
Perlu dicatat kalau Joachim bukanlah seorang pengkhayal yang terlalu banyak menonton film petualangan. Ia adalah seorang profesor Emeritus di universitas Dresden yang telah mempelajari kebudayaan suku Maya selama 40 tahun. Ia juga ahli bahasa suku Maya dan salah satu objek penelitiannya adalah Dresden Codex yang berisi catatan-catatan mengenai kebudayaan suku Maya.
Joachim percaya kalau pada Codex itu tersembunyi harta karun berupa emas murni seberat 8 ton. Bukan itu saja, Joachim mengklaim mengetahui lokasi persembunyian harta tersebut, yaitu di dasar danau Izabal.
Dresden Codex atau Codex Dresdensis sendiri adalah satu dari empat dokumen utama yang masih tersisa dari kebudayaan Maya. Dokumen ini pertama kali ditulis oleh para pendeta suku Maya pada tahun 1250 Masehi. Dokumen ini memiliki 74 halaman dengan 74 hieroglyps yang berbeda. Jika direntangkan, panjangnya mencapai 3,56 meter. Para ahli percaya kalau dokumen ini adalah dokumen tertua yang pernah ditulis di benua Amerika.
Dresden codex ditulis diatas kertas yang terbuat dari batang pohon ara dan ditulis oleh delapan penulis yang memiliki gaya tulisan yang berbeda-beda. Masing-masing dari mereka juga membahas subjek yang berbeda pula.
Ada bahasan mengenai astronomi yang memuat tabel Venus dan Bulan dengan akurasi yang luar biasa. Tabel bulan itu memiliki interval yang berkolerasi dengan gerhana. Sedangkan tabel Venus berkorelasi dengan pergerakan planet itu di angkasa.
Di dalamnya juga ada almanak, tabel astrologi, informasi mengenai musim-musim, banjir, penyakit, pengobatan, referensi keagamaan dan saran mengenai waktu bercocok tanam.
Selain itu, codex ini jugalah yang dianggap banyak orang telah memprediksikan kehancuran bumi pada tahun 2012 karena pada bagian akhirnya diceritakan mengenai bumi yang tenggelam oleh air yang keluar dari mulut naga.
Pertama kali Codex ini dikenal masyarakat luas adalah pada tahun 1739 ketika Johann Christian Gotze, direktur Royal Library di Dresden, membelinya dari kolektor pribadi di Wina, Austria. Bagaimana awalnya Codex itu bisa berada di Wina tidak diketahui dengan pasti. Namun ada spekulasi yang menyebutkan kalau Codex itu mungkin telah dihadiahkan oleh Hernando Cortes kepada Charles I, Raja Spanyol pada waktu itu.
Seperti yang kita ketahui, Hernando Cortes adalah penakluk Spanyol yang berhasil menguasai sebagian besar wilayah Mexico pada awal abad ke-16, termasuk kerajaan Aztec yang berhasil dilumpuhkannya pada tahun 1521.
Setelah diperoleh oleh Gotze, pada tahun 1744, Codex itu diberikan kepada Royal Library di Dresden yang kemudian memamerkannya untuk pertama kali pada tahun 1848.
Pada perang dunia II, codex itu mengalami kerusakan serius akibat pengeboman. Dua belas halamannya rusak dan bagian-bagian lainnya hancur. Namun, usaha restorasi yang terus menerus berhasil memulihkannya sehingga bisa dipelajari hingga kini.
Siapa sangka, dokumen yang awalnya hanya dianggap bernilai sejarah ini ternyata mengandung petunjuk mengenai harta karun yang sangat berharga.
"Codex Dresden memiliki petunjuk yang mengarah kepada delapan ton emas murni." Kata Joachim Rittsteig.
Dengan disponsori oleh surat kabar Bild dari Jerman, Ia telah menyiapkan sebuah ekspedisi menuju danau Izabal, tempat yang dipercayainya menyimpan harta karun tersebut.
Ketika kota itu hancur oleh gempa, emas-emas itu ikut tenggelam ke dalam danau Izabal yang berada di timur Guetamala.
Ia memperkirakan kalau seluruh batangan emas itu bernilai sekitar 290 juta dolar Amerika. Ini jumlah yang sangat besar, bahkan untuk ukuran saat ini. Jika harta ini ditemukan, dipastikan kalau nilai sejarahnya akan jauh lebih berharga dibanding nilai materinya.
Selain masalah harta, ada satu hal lagi yang menarik dari perkataan Rittsteig. Kalian mungkin memperhatikan kalau nama kota suku Maya yang hancur oleh gempa bumi tersebut adalah Atlan.
Teringat dengan sesuatu?
Ya, Atlantis yang juga hancur oleh gempa bumi sekitar tahun 10.000 sebelum Masehi. Tentu saja yang membedakan kedua kota itu adalah rentang waktu kehancuran yang sangat jauh, hampir 9.000 tahun.
Jika kita tidak bisa menemukan Atlantis yang misterius itu, mungkin kita masih bisa menemukan kota Atlan yang penuh dengan batangan emas. Dan saya kira itu pun akan menjadi sesuatu yang sangat menarik.
Jadi, kita menunggu kabar darimu Prof. Rittsteig!
Perlu dicatat kalau Joachim bukanlah seorang pengkhayal yang terlalu banyak menonton film petualangan. Ia adalah seorang profesor Emeritus di universitas Dresden yang telah mempelajari kebudayaan suku Maya selama 40 tahun. Ia juga ahli bahasa suku Maya dan salah satu objek penelitiannya adalah Dresden Codex yang berisi catatan-catatan mengenai kebudayaan suku Maya.
Joachim percaya kalau pada Codex itu tersembunyi harta karun berupa emas murni seberat 8 ton. Bukan itu saja, Joachim mengklaim mengetahui lokasi persembunyian harta tersebut, yaitu di dasar danau Izabal.
Dresden Codex atau Codex Dresdensis sendiri adalah satu dari empat dokumen utama yang masih tersisa dari kebudayaan Maya. Dokumen ini pertama kali ditulis oleh para pendeta suku Maya pada tahun 1250 Masehi. Dokumen ini memiliki 74 halaman dengan 74 hieroglyps yang berbeda. Jika direntangkan, panjangnya mencapai 3,56 meter. Para ahli percaya kalau dokumen ini adalah dokumen tertua yang pernah ditulis di benua Amerika.
Dresden codex ditulis diatas kertas yang terbuat dari batang pohon ara dan ditulis oleh delapan penulis yang memiliki gaya tulisan yang berbeda-beda. Masing-masing dari mereka juga membahas subjek yang berbeda pula.
Ada bahasan mengenai astronomi yang memuat tabel Venus dan Bulan dengan akurasi yang luar biasa. Tabel bulan itu memiliki interval yang berkolerasi dengan gerhana. Sedangkan tabel Venus berkorelasi dengan pergerakan planet itu di angkasa.
Di dalamnya juga ada almanak, tabel astrologi, informasi mengenai musim-musim, banjir, penyakit, pengobatan, referensi keagamaan dan saran mengenai waktu bercocok tanam.
Selain itu, codex ini jugalah yang dianggap banyak orang telah memprediksikan kehancuran bumi pada tahun 2012 karena pada bagian akhirnya diceritakan mengenai bumi yang tenggelam oleh air yang keluar dari mulut naga.
Pertama kali Codex ini dikenal masyarakat luas adalah pada tahun 1739 ketika Johann Christian Gotze, direktur Royal Library di Dresden, membelinya dari kolektor pribadi di Wina, Austria. Bagaimana awalnya Codex itu bisa berada di Wina tidak diketahui dengan pasti. Namun ada spekulasi yang menyebutkan kalau Codex itu mungkin telah dihadiahkan oleh Hernando Cortes kepada Charles I, Raja Spanyol pada waktu itu.
Seperti yang kita ketahui, Hernando Cortes adalah penakluk Spanyol yang berhasil menguasai sebagian besar wilayah Mexico pada awal abad ke-16, termasuk kerajaan Aztec yang berhasil dilumpuhkannya pada tahun 1521.
Setelah diperoleh oleh Gotze, pada tahun 1744, Codex itu diberikan kepada Royal Library di Dresden yang kemudian memamerkannya untuk pertama kali pada tahun 1848.
Pada perang dunia II, codex itu mengalami kerusakan serius akibat pengeboman. Dua belas halamannya rusak dan bagian-bagian lainnya hancur. Namun, usaha restorasi yang terus menerus berhasil memulihkannya sehingga bisa dipelajari hingga kini.
Siapa sangka, dokumen yang awalnya hanya dianggap bernilai sejarah ini ternyata mengandung petunjuk mengenai harta karun yang sangat berharga.
"Codex Dresden memiliki petunjuk yang mengarah kepada delapan ton emas murni." Kata Joachim Rittsteig.
Dengan disponsori oleh surat kabar Bild dari Jerman, Ia telah menyiapkan sebuah ekspedisi menuju danau Izabal, tempat yang dipercayainya menyimpan harta karun tersebut.
Joachim Rittsteig
Menurut Rittsteig, halaman 52 pada codex tersebut menyebutkan mengenai sebuah kota suku Maya yang bernama Atlan yang hancur oleh gempa bumi pada tanggal 30 Oktober tahun 666 sebelum Masehi. Di kota ini, mereka menyimpan 2.156 batangan emas yang dipermukaannya terukir hukum-hukum suku Maya.Ketika kota itu hancur oleh gempa, emas-emas itu ikut tenggelam ke dalam danau Izabal yang berada di timur Guetamala.
Citra Satelit danau Izabal
Rittsteig mengklaim telah berhasil menemukan reruntuhan kota Atlan dengan citra radar yang diambil di daerah tersebut.Ia memperkirakan kalau seluruh batangan emas itu bernilai sekitar 290 juta dolar Amerika. Ini jumlah yang sangat besar, bahkan untuk ukuran saat ini. Jika harta ini ditemukan, dipastikan kalau nilai sejarahnya akan jauh lebih berharga dibanding nilai materinya.
Selain masalah harta, ada satu hal lagi yang menarik dari perkataan Rittsteig. Kalian mungkin memperhatikan kalau nama kota suku Maya yang hancur oleh gempa bumi tersebut adalah Atlan.
Teringat dengan sesuatu?
Ya, Atlantis yang juga hancur oleh gempa bumi sekitar tahun 10.000 sebelum Masehi. Tentu saja yang membedakan kedua kota itu adalah rentang waktu kehancuran yang sangat jauh, hampir 9.000 tahun.
Jika kita tidak bisa menemukan Atlantis yang misterius itu, mungkin kita masih bisa menemukan kota Atlan yang penuh dengan batangan emas. Dan saya kira itu pun akan menjadi sesuatu yang sangat menarik.
Jadi, kita menunggu kabar darimu Prof. Rittsteig!
Diluar sana. beberapa orang memperlakukan mobilnya dengan baik dan tidak sedikit orang juga yang terlihat sangat konyol dengan mobilnya, bahkan hampir bisa dibilang gila, betapa tidak, karena foto-foto berikut ini sudah cukup mewakili bagaimana gilanya mereka
Berikut adalah Makhluk-Makhluk gaib yang paling terkenal dan sering dibicarakan oleh orang-orang yang tinggal di dunia barat:
1. Goblins
Mahluk ini banyak di kenal di berbagai dongeng, mahluk kecil dan berbulu ini seringkali lebih tampak nakal daripada menyeramkan. Berbagai legenda megatakan bahwa goblin bersembunyi di hutan, melakukan berbagai kenakalan dan terkadang menggantikan bayi manusia dengan anak mereka.
2. Demons
Salah satu cara paling gampang buat menyebut "roh jahat". Secara umum demon digambarkan sebagai naga kecil yang bisa terbang, dengan kepala yang bisa berputar-putar.
3. Gargoyles
Mahluk ini terkenal berada sebagai salah satu elemen arsitek yang mengerikan dengan fungsi sebagai tempat mengalirkan air hujan sehingga tidak mengganggu bangunan. Secara spiritual, gargoyle digunakan untuk melindungi jemaat gereja dari kekuatan jahat.
4. Zombies
Zombie adalah mahluk yang dihidupkan kembali dari kematian dengan menggunakan sihir gelap (nekromansi) atau mereka yang roh-nya dihisap dari tubuhnya). Seorang ahli ethno botani di Haiti menemukan salah satu obat yang bisa digunakan sehingga membuat orang berada dalma kondisi zombie
5. Werewolves
Biasanya mahluk ini akan tampil normal dan baik-baik saja sampai tiba malam purnama. Mereka adalah manusia yang dikutuk untuk berubah wujud menjadi serigala.
6. Jack of Lanterns
Dibuat dari labu yang diukir menakutkan dan dinyalakan dari dalam. Merupakan taradisi bangsa Celtic dan ditujukan untuk mengusir roh jahat yang berkeliaran di jalanan pada 31 Oktober.
7. Bats
Hewan buta ini ditakuti karena salah satu spesies yang ada memang harus bertahan hidup dengan menggunakan darah mahluk lain, dan terkadang sampai menyerang manusia meggunakan giginya yang tajam.
8. Witches
Di masa lalu para Witch dianggap memiliki kekuatan magis yang dihubungkan dengan dunia alami. Seperti semua agama kuno, mereka dianggap sebagai iblis dan sering harus menderita penyiksaan pada masa awal Gereja di abad pertengahan
9. Ghosts
Dari segi ilmiah, hantu adalah energi yang tertinggal di dunia dan tidak bisa dihancurkan sama sekali. Secara garis besar ada 50% dari masyarakat yang percaya akan adanya hantu.
10. Vampires
Mereka akan menghisap darah anda, dan hidup 'cukup' lama. Mahluk bertaring ini muncul hampir di semua cerita seram di seluruh dunia.
1. Goblins
2. Demons
3. Gargoyles
4. Zombies
5. Werewolves
6. Jack of Lanterns
7. Bats
8. Witches
9. Ghosts
10. Vampires
Setiap daerah memiliki kepercayaan tentang mahluk-mahluk bunian ini, di daerah bengkuli, orang Bunian disebut juga sebabah yang merupakan satu bentuk yang mirip dengan manusia hanya saja mereka bertubuh kecil dan berkaki terbalik.
Lebih kedaerah pedalamannya lagi ada juga kisah tentang mahluk Gugua, yang mempunyai perawakan berbulu lebat, pemalu dan suka menirukan tingkah laku dan perbuatan manusia. Konon pada zaman dahulu mahluk ini bisa ditangkap. Masyarakat dahulu menangkap mahluk ini dengan menyiapkan sebuah perangkap. Ada juga kisah tentang perkawinan mahluk ini dengan penduduk local dan mempunyai keturunan.
Di gunung Sebelat (Taman Nasional Kerinci) Orang bunian dipercaya merupakan komunitas manusia hutan. Masyarakat setempat menyebutnya Uhang Pandak. Salah satu peniliti asing yang bernama Deborah Martyr begitu sangat tertarik dengan legenda ini dan melakukan penelitian, namun hingga saat ini penelitian tersebut belum menunjukkan hasil. Istilah Uhang pandak adalah pengertian dari orang yang bertubuh pendek.
Mereka merupakan mahluk yang keberadaannya telah diketahui sejak puluhan tahun yang lalu, namun hingga saat ini sulit menemukan bukti fisik dan otentik tentang keberadaan mahluk ini. Keberadaan mereka sendiri sering dilaporkan oleh orang-orang yang secara tidak sengaja bertemu dengan mereka, banyak dari wisatawan dan peneliti mancanegara yang melakukan riset tentang alam Gunung Sebelat secara tidak sengaja bertemu dengan kumpulan mahluk ini.
Informasi yang berhasil dikumpulkan mampu memberikan gambaran tentang Uhang Pandak ini. Mereka adalah mahluk yang hidup di atas tanah, berjalan dengan kedua kakinya dengan tubuh yang diselimuti oleh bulu pendek (abu-abu hingga coklat) dan tinggi tubuh sekitar 80 cm hingga 150 cm. Beberapa ahli bahkan mengklasifikasikan Uhang Pandak sebagai bagian dari rantai evolusi yang mereka sebut “kera misterius”.
Selama tiga tahun terakhir, para peneliti lokal dan mancanegara telah menjelajah hutan dengan harapan dapat menemukan bukti keberadaan masyarakat Uhang Pandak. Mereka telah melakukan banyak cara dari mulai memasang kamera trapping di wilayah hutan terutama daerah dimana sering terjadi laporan penampakan para mahluk tersebut sampai dengan pembuatan perangkap untuk menangkap salah satu dari mahluk itu.
Para ahli merasa kawatir jika memang eksistensi keberadaan Uhang Pandak ini ada, bukan tidak mungkin mereka sedang terancam kepunahan sebagai akibat dari aktivitas penebangan dan penghancuran lingkungan mereka.
Selain uhang pandak banyak komunitas orang bunian lain yang dipercaya oleh masyarakat di berbagai daerah. Sebagian kepercayaan tersebut bahkan mengatakan bahwa komunitas masyarakat orang bunian itu bukan komunitas mahluk halus, namun suatu mahluk yang mirip manusia yang memiliki sedikit perbedaan dengan mahluk manusia, ada yang beranggapan mereka adalah ras manusia tersendiri dan merupakan bagian dari ras mahluk manusia kuno.
Terlepas dari benar tidaknya mereka adalah bagian dari mahluk halus ataupun ras manusia yang berbeda. Dunia masih menyimpan misteri tentang mereka yang harus terus dilakukan penelitian tentang keberadaan mereka. Bukankah berbagai peninggalan dan kerangka mahluk setengah kera atau yang baru-baru saja dtemukan mengenai manusia pendek dari Flores membuktikan ada suatu komunitas mahluk diluar manusia modern yang pernah ada dan bisa jadi mereka tersembunyi untuk suatu hari bisa ditemukan.
Jepang telah membuat robot untuk bermain biola, berlari marathon hingga memimpin upacara pernikahan, namun tak ada satupun robot yang diterjunkan untuk membantu memperbaiki reaktor nuklir di Fukushima yang meledak dan bocor. Mau tau alasannya? cekidot
Perusahaan listrik yang mengelola pembangkit listrik tenaga nuklir Dai-ichi di Fukushima sama sekali tidak mempekerjakan robot untuk menghadapi kondisi darurat. Padahal robot umum digunakan di industri bertenaga nuklir yang berbahaya, bahkan insinyur Uni Eropa membuat robot yang dapat memanjat dinding menembus medan radioaktif.
Sekitar 200 teknisi tetap tinggal sementara pegawai lain dievakuasi. Tim berani mati ini harus terus mendinginkan reaktor dan bahan bakar nuklir bekas di tengah risiko radiasi tinggi.
Seorang pejabat kementerian sains mengatakan ada robot yang digunakan untuk mendeteksi tingkat radiasi di lokasi reaktor yang meledak, namun Hidehiko Nishiyama dari badan keamanan nuklir membantahnya. “Kami tak memperoleh laporan adanya penggunaan robot,” ujarnya.
Robot itu akan sangat berguna Kamis pagi ketika pekerja pemantau radiasi harus menjauh karena kondisi reaktor terlalu panas bagi manusia. Dalam dua bencana nuklir sebelumnya di Three Mile Island dan Chernobyl, robot telah digunakan.
Sebenarnya Jepang adalah salah satu pemimpin di bidang robotika. Mesin pintar itu telah digunakan dalam proses manufaktur paling rumit sampai menerobos puing untuk mencari korban gempa.
Meski Jepang terkenal dengan teknologi canggihnya, bangsa itu juga tetap memelihara unsur tradisi masyarakatnya yang mengandalkan keahlian manusia untuk tugas-tugas yang telah diserahkan pada mesin di negara-negar barat, seperti mengoperasikan elevator dan memperingatkan pengendara kendaraan bermotor pada proyek konstruksi jalan.
Kim Seungho, perekayasa robot untuk pembangkit listrik tenaga atom Korea Selatan mengatakan ketika sebuah PLTN dibangun, para insinyur juga harus mendesain robot emergency. “Sehingga mereka bisa bernavigasi koridor, tangga dan katup tertutup,” katanya.
Namun pembangkit Fukushima dibangun pada 1970-an, jauh sebelum robot dapat digunakan untuk tugas khusus seperti itu. Pada saat ini, robot telah ditempatkan di banyak pembangkit tenaga nuklir untuk memonitor pipa dan pemeliharaan.
Deputi direktur teknologi nuklir untuk Korea Atomic Energy Research Institute itu mengatakan keterbatasan anggaran dan penyangkalan menjadi penghalang masuknya robot emergency ke dalam banyak pembangkit nuklir baik di negaranya maupun negara lain. “Operator PLTN tidak mau berpikir soal situasi serius yang berada di luar kendali manusia,” ujar Kim.
Hmm...siapa sih yang ga tau kota tokyo, ya kota ini terlihat sangat terang pada malam hari. Kota dengan penduduk 33 juta orang ini juga memiliki keunikan tersendiri yang banyak menarik minat wisatawan.
2.London ,Inggris
Kota ini sudah berusia 2000 tahun,namun tidak kehilangan keindahannya terutama pada malam hari.kota ini bahkan memiliki 20 tempat yang wisata yang hanya dibuka pada malam hari
3. New York, Amerika Serikat
New York City tidak hanya kota yang memiliki pengaruh keuangan dan komersial yang luas tetapi juga dikenal karena pengaruh budaya dan signifikansi. Dikenal sebagai pusat Jazz dunia, kota ini menawarkan pengalaman hidup yang menakjubkan.
4. Paris, Perancis
Paris telah lama menjadi salah satu tujuan wisata paling populer di dunia, arsitekturnya dan situs budaya yang menarik lebih dari 30 juta pengunjung asing setiap tahun. Di Paris Pada malam hari di Paris, mereka mengatakan, semua impian Anda menjadi kenyataan.
5. Moskow, Rusia
Ibukota dan kota terbesar di Federasi Rusia memiliki kemampuan yang tak tertandingi untuk mengubah dirinya setiap beberapa dekade. Ada klub biasa, bar, lounge, kasino, ruang biliar, restoran, wisata kota pada malam hari, dan banyak lagi.
6. Madrid, Spanyol
kecantikan kota Madrid terletak pada keputusan untuk mempertahankan tampilan dan nuansa lingkungan sejarah pada kota dan jalan-jalan. Suatu malam yang terbaik di Madrid adalah menghabiskan waktu dengan mendengarkan musik, baik di konser atau di taman, suara kota senantiasa menciptakan suasana yang menyenangkan untuk jalan-jalan malam.
7. Athena, Yunani
Athena tidak melupakan warisan budaya fenomenal dari negara-kota Athena pada jaman dahulu. Athena pada malam hari akan membuat anda takjub akan keindahannya. monumennya seperti hidup, kotanya mungkin biasa pada malam hari,tapi menjadi sangat berubah pada malam hari.
8. Beijing, China
Beijing memiliki dua sisi yang saling bertentangan dengan sejarah, satu yang indah dan lainnya berdarah . kota ini berubah sangat drastis hanya dalam beberapa dekade.selain itu melewatkan aktu pada malam hari di beijing juga tidak buruk
9. Las Vegas, Amerika Serikat
Las Vegas, yang dijuluki Ibukota Hiburan Dunia, terkenal karena jumlah resor kasino dan fasilitas hiburan malamnya.kota yang penuh dengan dosa sekaligus indah.
10. Hongkong, China
Hong Kong dikenal dengan pemandangan kotanya yang luas dan pengaturan alam yang baik. Hong Kong adalah salah satu ibukota menjadi kiblat di dunia keuangan, bisnis dan pusat budaya di asia.
Fenomena supermoon
Zever Blog- Sabtu nanti beberapa wilayah akan kedatangan fenomena bulan purnama super. Ini bukan bulan purnama biasa karena akan menjadi lebih besar dan cerah. Beberapa orang mengaitkan fenonema ini dengan tanda bencana alam, benarkah?
Hal tersebut tentu saja langsung dibantah oleh beberapa ilmuwan. Fenomena ini sendiri akan mepelihatkan bulan yang jauh lebih besar karena membuat paling dekat ke Bumi dalam 18 tahun terakhir.
Para ilmuwan memperkirakan 'supermoon' terbit di timur saat matahari terbenam akan muncul 14 per 30 persen lebih besar dan per cerah persen pada puncaknya.
Bulan akan terlihat bervariasi dalam ukuran karena bentuk oval dari orbit, dengan salah satu ujung dekat ke Bumi. Pada hari Sabtu, bulan akan 356.574 km jauhnya, atau yang paling dekat dengan Bumi sejak Maret 1993.
"Biasanya, kebanyakan orang benar-benar menyadari kehadirannya, "kata Mr Geoff Chester dari US Naval Observatory di Washington, DC, seperti dilansir melalui Reuters, Sabtu (19/3/2011).
Jenis bulan purnama cenderung untuk membawa berbagai air pasang tinggi dan rendah, tetapi para ahli mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Juga tidak ada kebenaran pada takhayul bahwa supermoons menyebabkan bencana alam.
'Tidak ada yang menarik yang akan terjadi, "kata Chester.
Zever Blog- Penjualan tiket Justin Bieber yang seharusnya sudah dibuka mulai 20 Maret kemarin, mengalami penundaan.
Alasan penundaan ini karenakan 500 pemegang tiket presale belum menukarkan tiket mereka. Pihak Rajakarcis sudah berusaha melacak keberadaan pemegang tiket ini melalui data yang ada, akan tetapi mereka belum berhasil dihubungi atau belum juga menukarkan tiket presale mereka yang dibeli melalui Marygops pada bulan Januari lalu.
Akhirnya pihak penyelenggara konser Justin Bieber berkomitmen untuk menunda penjualan tiket hingga hari Kamis, 24 Maret 2011.
“Pihak penyelenggara masih menunggu 500 pemegang tiket presale yang belum menukarkan tiketnya dan mereka tidak dapat dihubungi oleh Rajakarcis. Agar adil bagi pemegang tiket presale yang telah membeli di bulan Januari lalu, pihak penyelenggara konser Justin Bieber di Indonesia akan menunda penjualan tiket sampai dengan hari Kamis, 24 Maret 2011," terang Marcel Permadhi, Project Director Berlian Entertainment.
Lebih lanjut Marcel mengatakan, "Kami harap para pemegang tiket presale yang belum menukarkan tiket ke Rajakarcis untuk segera melakukan penukaran sebelum batas waktu yang diberikan, yaitu Rabu, 23 Maret pukul 17:00 WIB." Jelasnya, dalam rilis yang diterima media, Senin (20/3/2011).
Marcel juga menegaskan jika lewat dari batas waktu yang ditentukan, pihak penyelenggara berhak untuk tidak mengakui tiket presale dan memberikan kesempatan kepada calon pembeli tiket baru yang juga sudah menanti penjualan tiket konser Justin Bieber.
Pihak penyelenggara pun menyampaikan jika keselamatan penonton dan masyarakat menjadi prioritas utama dalam konser Justin Bieber. Diharapkan para pemilik tiket presale yang dibeli dari Marygops dan para calon pembeli tiket baru dapat mengerti bahwa tidak akan ada kelas festival.
Raul Lemos-Krisdayanti.
Zever Blog - Di saat Krisdayanti (KD) dan Raul Lemos berbahagia usai menikah, Anang Hermansyah justru sedang sakit.
Mantan suami KD itupun membiarkan anak-anaknya hadir di pernikahan KD dan Raul.
"Pipi (Anang) enggak datang soalnya Pipi lagi sakit flu. Tadi aku ikut bawakan cincin," tutur anak pertama KD, Aurel di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Minggu (20/3/2011).
Aurel mengaku grogi ketika ikut ambil bagian dalam pernikahan ibunya. Pasalnya, pelantun Tanpa Bintang itu baru pertama kali melihat ibunya duduk di pelaminan.
"Aku agak nervous, karena seperti inikan baru pertama kali," akunya.
Raul dan KD resmi menikah setelah menggelar akad nikah yang di gelar di Masjid Sahid Nurul Iman, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, sekira pukul 09.00 WIB, Minggu (20/3/2011).
Mantan Wakil Presiden Indonesia, Try Sutrisno, ditunjuk sebagai saksi dari pihak wanita. Sedangkan dari pihak Raul, yang akan menjadi saksi adalah Arif Abdullah Sagram.